Senin, 08 Juni 2015

SEJARAH DAN LINGKUP KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

SEJARAH DAN LINGKUP KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Ilmu sosiolinguistik, mulanya muncul sebagai rasa ketidakpuasan para pakar pada linguistik struktural. Menurut mereka, linguistik struktural melakukan kajian bahasa dalam aspek struktur semata. Hal itu tentu tidak mengacuhkan aspek sosial dalam analisa.
Adapun rancangan sosiolinguistik ini muncul ketika adanya sebuah penelitian berupa laporan oleh Labov. Judul dari penelitian tersebut adalah Social Stratification of English in New York City. Seorang pengemuka linguistik dari aliran London, Firth mengemukakan bahwa tuturan memiliki aspek tuturan selaku media atau alat komunikasi. Ia juga menambahkan, aspek-aspek tersebut bisa mengelompokkan seseorang ke dalam suatu kaum, kelas atau setrata sosial. Dengan demikian, ilmu tentang tuturan ini, sedah seharusnya mengindahkan para penutur dan setruktur itu sendiri, sehingga pertimbangan mengenai segala hal yang merupakan kemungkinan mengapa struktur yang ini atau yang itu dipakai oleh seseorang.
Hymes berpendapat bahwa istilah dari sosiolinguistik ini telah diperkenalkan sekitar tahun 1960. Pada tahun itu memiliki sebuah tanda, yakni lahirnya buku karya Hymes, Laguage in Culture  and Society, tahun 1966. Kemudian Fishman meluncurka suatu kumpulan tulisan dengan judul Reasing in The Sociology of Language pada tahun 1968. Masih pada tahun yang sama, Fishman berkolaborasi dengan Das Gupta dan Ferguson untuk menyajikan dan mengekspos sebuah kumpulan dari makalah. Kumpulan tulisan itu berjudul Language Problems of Developing Nations.
Sosiolinguistik tergolong dalam disiplin ilmu yang baru muncul pada tahun 1960 (pateda, 1990: 2) sosiolinguistik lahir karena para ahli bahasa ingin menempatkan bahasa sesuai dengan fungsinya yang utama yaitu sebagai alat komunikasi.
Dalam buku Pengantar Sosiolinguistik (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 3-11) menjelaskan bahwa linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bidang kajian linguistik yang mempelajari struktur internal bahasa atau hubungan bahasa dengan struktur bahasa itu sendiri dari struktur eksternal atau hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Ruang lingkup kajian sosiolinguistik meliputi komunikasi dan masyarakat bahasa, variasi bahasa, bilingualisme dan diglosia, interferensi dan integrasi bahasa, dialek, sikap bahasa, serta perencanaan bahasa. Dengan demikian, sosiolinguistik dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya sistem tegur sapa. Sosilinguistik mikro mengacu pada kajian mengenai gejala bahasa dalam konteks sosial yang ditandai oleh faktor-faktor makro yang tidak dapat tereduksi lagi. Tiga prinsip utama yang terdapat dalam hubungan interaksi antar individu dalam kelompok adalah sebagai berikut: (1) pencapaian interaksi dalam komunikasi; (2) akuisisi dan modifikasi kecakapan komunikatif; dan (3) sikap bahasa.


b.      Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan struktur sosial. Sosiolinguistik makro mengacu pada kajian mengenai fenomena sosiolinguistik yang mencakup variabel yang lebih besar, baik dalam jumlah populasi, wilayah penyebaran bahasa, maupun kontinuitas bahasa dari waktu ke waktu. Ada tiga utama yang patut diperhatikan dalam sosiolinguistik makro: (1) kontak bahasa; (2) konflik bahasa; (3) perubahan bahasa dan perubahan sosial.

Ilmu sosiolinguistik, mulanya muncul sebagai rasa ketidakpuasan para pakar pada linguistik struktural. Menurut mereka, linguistik struktural melakukan kajian bahasa dalam aspek struktur semata. Hal itu tentu tidak mengacuhkan aspek sosial dalam analisa.
Adapun rancangan sosiolinguistik ini muncul ketika adanya sebuah penelitian berupa laporan oleh Labov. Judul dari penelitian tersebut adalah Social Stratification of English in New York City. Seorang pengemuka linguistik dari aliran London, Firth mengemukakan bahwa tuturan memiliki aspek tuturan selaku media atau alat komunikasi. Ia juga menambahkan, aspek-aspek tersebut bisa mengelompokkan seseorang ke dalam suatu kaum, kelas atau setrata sosial. Dengan demikian, ilmu tentang tuturan ini, sedah seharusnya mengindahkan para penutur dan setruktur itu sendiri, sehingga pertimbangan mengenai segala hal yang merupakan kemungkinan mengapa struktur yang ini atau yang itu dipakai oleh seseorang.
Hymes berpendapat bahwa istilah dari sosiolinguistik ini telah diperkenalkan sekitar tahun 1960. Pada tahun itu memiliki sebuah tanda, yakni lahirnya buku karya Hymes, Laguage in Culture  and Society, tahun 1966. Kemudian Fishman meluncurka suatu kumpulan tulisan dengan judul Reasing in The Sociology of Language pada tahun 1968. Masih pada tahun yang sama, Fishman berkolaborasi dengan Das Gupta dan Ferguson untuk menyajikan dan mengekspos sebuah kumpulan dari makalah. Kumpulan tulisan itu berjudul Language Problems of Developing Nations.
Sosiolinguistik tergolong dalam disiplin ilmu yang baru muncul pada tahun 1960 (pateda, 1990: 2) sosiolinguistik lahir karena para ahli bahasa ingin menempatkan bahasa sesuai dengan fungsinya yang utama yaitu sebagai alat komunikasi.
Dalam buku Pengantar Sosiolinguistik (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 3-11) menjelaskan bahwa linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bidang kajian linguistik yang mempelajari struktur internal bahasa atau hubungan bahasa dengan struktur bahasa itu sendiri dari struktur eksternal atau hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Ruang lingkup kajian sosiolinguistik meliputi komunikasi dan masyarakat bahasa, variasi bahasa, bilingualisme dan diglosia, interferensi dan integrasi bahasa, dialek, sikap bahasa, serta perencanaan bahasa. Dengan demikian, sosiolinguistik dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya sistem tegur sapa. Sosilinguistik mikro mengacu pada kajian mengenai gejala bahasa dalam konteks sosial yang ditandai oleh faktor-faktor makro yang tidak dapat tereduksi lagi. Tiga prinsip utama yang terdapat dalam hubungan interaksi antar individu dalam kelompok adalah sebagai berikut: (1) pencapaian interaksi dalam komunikasi; (2) akuisisi dan modifikasi kecakapan komunikatif; dan (3) sikap bahasa.


b.      Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan struktur sosial. Sosiolinguistik makro mengacu pada kajian mengenai fenomena sosiolinguistik yang mencakup variabel yang lebih besar, baik dalam jumlah populasi, wilayah penyebaran bahasa, maupun kontinuitas bahasa dari waktu ke waktu. Ada tiga utama yang patut diperhatikan dalam sosiolinguistik makro: (1) kontak bahasa; (2) konflik bahasa; (3) perubahan bahasa dan perubahan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar