Hubungan
Bahasa dan Faktor Sosial
Manusia adalah mahkluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk
keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
terbentuknya berbagai bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang
menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya.
Perbedaan bahasa-bahasa tersebut
diakibatkan oleh adanya faktor-faktor sosial, yang meliputi: kelas sosial,
konteks sosial, jenis kelamin, usia, seni dan religi, budaya atau geografi, dan
pranata sosial. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas, mengenai
faktor-faktor sosial tersebut.
1.
Hubungan bahasa dengan kelas sosial
Kelas sosial (sosial class) mengacu
pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam
bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
kedudukan, kasta, dan sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di
keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di
sekolah negeri , dia juga masuk ke dalam kelas “pegawai negeri”. Jika dia
seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial golongan “terdidik”. Namun
sebaliknya, jika ia adalah seorang pemulung atau tidak bekerja maka ia masuk dalam
kelas “tidak berpendidikan”.
2.
Hubungan
bahasa dengan konteks sosial
Perkembangan bahasa yang selaras
dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang
berubah-ubah antara lain dengan penggunaan bahasa sebagai alat pergaulan
tertentu yang dikenal dengan variasi bahasa seperti jargon dan argot. Manusia
tanpa komunikasi akan terasa hampa. Bagaimana manusia berkomunikasi dan
bersosialisasi datu sama lain jika tidak ada bahasa.
3.
Hubungan bahasa dengan jenis kelamin
Di dalam sosiolinguistik, bahasa dan
jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat erat. Secara khusus, pertanyaan
yang telah menjamur sebagai bahan diskusi adalah, “mengapa cara berbicara
wanita berbeda dengan laki-laki?” Dalam kata lain, kita tertuju pada beberapa faktor
yang menyebabkan wanita menggunakan bahasa standar lebih sering dibanding
pria. Di dalam menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menentukan bahasa
sebagai bagian sosial, perbuatan yang berisi nilai, yang mencerminkan keruwetan
jaringan sosial, politik, budaya, dan hubungan usia dalam sebuah masyarakat.
Beberapa ahli bahasa percaya bahwa
wanita sadar di dalam masyarakat status mereka lebih rendah dari pada
laki-laki, mereka menggunakan bentuk bahasa yang lebih standar dari pada
laki-laki yang menghubungkan cara masyarakat memperlakukan
wanita. Kesenjangan antara pria dan wanita memang terlihat sangat jelas.
Dari segi fisik, wanita terlihat lebih gemuk namun tidak berotot dan wanita
lebih lemah dibanding dengan pria. Begitu juga dengan suara, wanita mempunyai
suara yang berbeda dengan pria. Di samping itu, faktor sosiokultural juga
mempengaruhi perbedaan diantara keduanya dalam berbahasa atau berbicara.
Misalnya, di dalam bidang pekerjaan, wanita memiliki peran yang berbeda dalam
suatu masyarakat.
4.
Hubungan bahasa dengan usia
Dalam kehidupan sehari-hari,
penggunaan bahasa tidak semata-mata didasarkan atas prinsip well-formed dalam
sintaksis, melainkan atas dasar kepentingan agar komunikasi tetap dapat
berjalan. Lebih tepatnya, dengan mengikuti kecenderungan dalam etnometologi,
bahasa digunakan oleh masyarakat tutur sebagai cara para peserta interaksi
saling memahami apa yang mereka ujarkan. Atas dasar ini, pertama, dapat
dipahami dan memang sering kita temukan, bahwa komunikasi tetap dapat berjalan
meskipun menggunakan bahasa yang tidak apik secara sintaksis; dan kedua, demi
kebutuhan para anggota masyarakat tutur untuk mengorganisasi dan memahami
kegiatan mereka, selain tata bahasa, makna juga merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan dalam analisis bahasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
perbedaan utama antara sintaksis dan pragmatik, sekaligus menyatakan pentingnya
study pragmatik dalam lingustik, terletak pada makna ujaran dan pada pengguna
bahasa. Salah satunya adalah bahasa berpengaruh pada tingkat usia. Yaitu
bagaimana kita menggunakan bahasa pada orang yang lebih tua, dengan
sesama/sebaya, atau bahkan dengan anak-anak.
5.
Hubungan bahasa dengan seni dan religi
Bahasa, seni dan religi adalah tiga
hal yang tidak terpisahkan. Dalam bahasa ada kesenian dan religi. Sebaliknya
dalam seni dan agama terdapat bahasa. Ketiganya merupakan unsur kebudayaan yang
universal. Bahasa, seni dan religi merupakan 3 dari 7 unsur kebudayaan
universal. Bahasa menempati urutan pertama, religi urutan keenam dan kesenian
urutan ke ketujuh. Menurut Robert Sibarani (2002), bahasa ditempatkan urutan
pertama karena manusia sebagai makhluk biologis harus berinteraksi dan
berkomunikasi dalam kelompok sosial.
Bahasa, seni dan religi merupakan
unsur-unsur kebudayaan universal. Bahasa menempati urutan pertama. Bahasa
adalah induk dari segala kebudayaan. Atas dasar itu, hubungan bahasa, seni dan
religi dapat juga diperoleh dengan memahami hubungan bahasa dengan kebudayaan.
6.
Hubungan bahasa dengan budaya/geografi
Ada berbagai toeri mengenai hubungan
bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari
kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan
merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat,
sehingga tidak dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan
akan tercermin di dalam bahasa. Begitu pula sebaliknya, ada juga
yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan
cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana
dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa
bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa berada di bawah
lingkup kebudayaan. Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa
dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat,
yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu
adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka
kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya
interaksi itu. Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak
kembar siam,dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang,
sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem
kebudayaan.
7.
Hubungan bahasa dengan pranata sosial
Pranata sosial berasal dari bahasa
asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang
mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan. Menurut Horton dan Hunt, yang
dimaksud dengan pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu
tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting. Dengan kata lain,
pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang yang
mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan
pokok warga masyarakat.
Menurut Koenjaraningrat yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial adalah
sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakatnya untuk
berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan mereka.
Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional,artinya bahwa
eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan
hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi
pikir.
Pranata sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat sederhana
maupun masyarakat kompleks atau masyarakat modern, karena pranata sosial
merupakan tuntutan mutlak adanya suatu masyarakat atau komunitas. Sebuah
komunitas dimana manusia tinggal bersama membutuhkan pranata demi tujuan
keteraturan. Semakin kompleks kehidupan masyarakat semakin kompleks pula pranata
yang dibutuhkan atau yang dihasilkan guna pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam
kehidupan bersama. Pranata berjalan seiring dengan semakin majunya masyarakat.
Hal-hal di atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia. Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancer sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar