SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
Oleh:
Mohammad
Riza Wahyudi
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani
(Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan
bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat.
Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi
frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian
sintaksis terbesar.
1. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan
contoh-contoh berikut.
1. bayi sehat
2. pisang goreng
3. baru datang
4. sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat, pisang
goreng, baru datang, dansedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu
tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan
frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa
pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif,
frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut
ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
1.1. Frasa
verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang
dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga macam seperti yang
dijelaskan berikut ini.
1.1.1. Frasa
verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
1.1.1.1. Pewatas belakang, seperti contoh
berikut ini.
1. Ia bekerja
keras sepanjang hari.
2. Orang itu bekerja
cepat setiap hari.
1.1.1.2. Pewatas depan, seperti contoh berikut
ini.
1. Kami akan
menyanyikan lagu kebangsaan.
2. Mereka pasti
menyukai makanan itu.
1.1.2.
Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata
penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
1. Mereka mencuci
dan menjemur pakaiannya.
2. Kita pergi
atau menunggu ayah.
1.1.3. Frasa
verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1. Aie Pacah, tempat
tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
2. Usaha Pak
Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
1.2. Frasa
Adjektival
Frasa adjektival
adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti
(yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan
sepertiagak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis
seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.2.1. Frasa
adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
1. Tampan nian kekasih
barumu.
2. Hebat benar kelakuannya.
1.2.2. Frasa
adjektival koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
1. Setelah pindah,
dia aman tentram di rumah barunya.
2. Dia menginginkan
pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
1.2.3. Frasa
adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
1. Srikandi
cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
2. Skripsi yang
berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
1.3. Frasa
Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang
dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga
jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.3.1.
Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari
minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
1. Pada hari
minggu layanan pustaka tetap dibuka.
2. Pada bulan
pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
1.3.2.
Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban,
dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini.
1. Seorang PNS harus
memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
2. Setiap orang
menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
1.3.3. Frasa
nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
1. Anton, mahasiswa
teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
2. Burung
Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
1.4. Frasa
adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang
dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1.4.1.
Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai,
kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
1. Dia kurang
pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
2. Kemampuan siswa
saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
1.4.2. Frasa
adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya
seperti berikut ini.
1. Jarak rumah ke
kantornya lebih kurang dua kilometer.
1.5. Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk
dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti
berikut ini.
1.5.1. Frasa
pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
1. Kami semua dimarahi guru
karena meribut.
2. Mereka berdua minta izin
karena mengikuti perlombaan.
1.5.2. Frasa
pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
1. Aku dan kau suka dancow.
2. Saya dan dia sudah lama
tidak bertegur sapa.
1.5.3. Frasa
pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
1. Kami, bangsa
Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
2. Mahasiswa, para
pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
1.6. Frasa
Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang
dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1.6.1. Frasa
numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
1. Mereka
memotong dua puluh ekor sapi kurban.
2. Orang itu
menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
1.6.2. Frasa
numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
1. Lima atau enam
orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
2. Entah tiga, entah
empat kali dia sudah meminjam uang saya.
1.7. Frasa
Introgativa koordinatif
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa
yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini.
1. Jawaban apa
atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2. Jawaban mengapa
atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
1.8. Frasa
Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa
yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti
berikut ini.
1. Saya bekerja di
sana atau di sini sama saja.
2. Saya memakai
baju ini atau itu tidak masalah.
1.9. Frasa
Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari
kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut.
1. Perjalanan
kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
2. Koperasi dari,
oleh dan untuk anggota.
2. Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di
dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf,
1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan
bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan
bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak
diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita,
tanya, perintah, dan kagum.
Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai
berikut.
2.1. Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif),
setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif
dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya
sebagai berikut.
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain
catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan
klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank
Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut
induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank
Indonesia merupakan klausa
sematan (lazim disebut anak kalimat).
2.3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan
bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
1. Dia pindah ke
Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa
yaitu.
1) Dia pindah ke
Jakarta (klausa utama)
2) Setelah
ayahnya meninggal (klausa sematan)
3) Ibunya kawin
lagi (klausa sematan)
1. Dia pindah ke Jakarta setelah
ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat)
2. Ayahnya meninggal dan ibunya
kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan
dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa
lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1)
satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata
dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur
fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh
suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara
dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi
berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis,
kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau
tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan
diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).
3.1. Ciri-ciri
kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri
kalimat sebagai berikut.
1. Dalam bahasa lisan
diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau
tanda seru.
2. Sekurang-kurangnya
terdiri dari atas subjek dan prediket.
3. Predikat transitif
disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung pikiran
yang utuh.
5. Mengandung urutan
logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket,
objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6. Mengandung satuan
makna, ide, atau pesan yang jelas.
7. Dalam paragraf yang
terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna
pikiran yang saling berhubungan.
3.2. Fungsi
sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada
hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O),pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus
mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada
dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu
objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi
sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah
kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis
lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
1. jawaban apa atau siapa,
2. dapat didahului
oleh kata bahwa,
3. berupa kata atau
frasa benda (nomina)
4. dapat diserta
kata ini atau itu,
5. dapat disertai
pewatas yang,
6. tidak didahului
preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
7. tidak dapat
diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan
kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat
pada contoh-contoh di bawah ini.
1. Adik bermain.
S
P
1. Ibu memasak.
S P
3.2.2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan
atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat
dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
1. Adik bermain.
S P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
1. Ibu memasak.
S P
Ibu adalah
pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. bagian kalimat yang
menjelaskan pokok kalimat,
2. dalam kalimat susun
biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
3. prediket umumnya
diisi oleh verba atau frasa verba,
4. dalam kalimat susun
biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
5. prediket merupakan
unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
6. prediket dapat
merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok
kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
3.2.3. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat
aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat
yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
1. Dosen menerangkan materi.
S
P
O
menerangkan adalah verba transitif.
1. Ibu menyuapi adik.
S
P O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. berupa nomina atau
frasa nominal seperti contoh berikut,
1. Ayah membaca koran.
S
P O
Koran adalah nomina.
1. Adik memakai tas baru.
S
P O
Tas baru adalah frasa nominal
1. berada langsung di
belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
1. Ibu memarahi kakak.
S
P O
1. Guru membacakan pengumuman.
S
P
O
1. dapat diganti
enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh
berikut,
1. Kepala sekolah mengundang wali murid.
S
P
O
1. Kepala sekolah mengundangnya.
S
P O
1. objek dapat menggantikan
kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh
berikut,
1. Ani membaca buku.
S
P O
1. Buku dibaca Ani.
S
P Pel.
3.2.4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi
melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh
nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di
belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada
contoh berikut.
1. Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S
P
pel. ket.
1. Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S
P
O ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. pelengkap
kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati
oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks di- atauter-, seperti contoh
berikut.
1.
1. Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S
P
Pel. Ket.
1.
1. Buku dibaca Ani.
S
P Pel.
1. pelengkap merupakan
fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi
predikat seperti contoh berikut.
1.
1. Ayah membelikan adik mainan.
S
P
O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.
1. pelengkap merupakan
unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah,
ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
1.
1. Budi menjadi siswa teladan.
S
P
Pel.
1.
1. Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
S
P
Pel.
1. dalam kalimat, jika
tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau
predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada
contoh berikut.
1.
1. Pak Ali berdagang buku bekas.
S
P
Pel.
1.
1. Ibu membelikan Rani jilbab.
S
P
O Pel.
1. pelengkap tidak
dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
1.
1. Ibu memanggil adik.
S
P O
Ibu memanggilnya.
S
P O
1.
1. Pak Samad berdagang rempah.
S
P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
1. satuan bahasa
pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek
apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
1.
1. Pancasila merupakan dasar negara.
S
P
Pel.
1.
1. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
3.2.5.
Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang
memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan
merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam
kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Ibu membeli kue di pasar.
S
P O Ket. tempat
1. Ayah menonton TV tadi pagi.
S
P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. umumnya merupakan
keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh
berikut.
1. Saya membeli buku.
S
P O
1. Saya membeli buku di Gramedia.
S
P O Ket.
tempat
1. keterangan dapat
berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh
berikut.
1. Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S
P
O
Ket. cara
1. Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket.
cara S
P
O
1. keterangan diisi
oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa
terikat, seperti contoh berikut.
1. Ali datang kemarin.
S
P Ket. waktu
1. Ibu berangkat kemarin sore.
S
P Ket. waktu
Manaf (2009:51) membedakan keterangan
berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut.
1. Keterangan tempat
Keterangan tempat
adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat dimarkahi
oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.
1. Ayah pulang dari kantor.
S
P Ket, tempat
1. Irfan bermain bola di lapangan.
S
P O Ket. tempat
1. Keterangan waktu
Keterangan waktu
adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu dimarkahi oleh
preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak
diawali oleh preposisi, misalnyasekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu dalam kalimat seperti
contoh berikut.
1. Dia akan datang pada hari ini.
S
P Ket. waktu
1. Dia menderita sepanjang hidupnya.
S
P Ket. waktu
1. Keterangan alat
Keterangan alat adalah
keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat dimarkahi oleh
preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh
berikut.
1. Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.
S
P
O Ket. alat
1. Kue itu dibuat tanpa cetakan.
S
P Ket. alat
1. Keterangan cara
Keterangan cara adalah
keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan
kegiatan tertentu. Keterangan cara dimarkahi oleh preposisi dengan, secara,
dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut.
1. Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
S
P
O
Ket. cara
1. Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
S
P
O
Ket. cara
1. Keterangan tujuan
Keterangan tujuan
adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan.
Keterangan tujuan dimarkahi oleh preposisi agar, supaya,
untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh
berikut.
1. Arif giat belajar agar naik kelas.
S
P Ket. tujuan
1. Adonan itu diaduk supaya cepat kembang.
S
P Ket. tujuan
1. Keterangan penyerta
Keterangan penyerta
adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk makna
penyerta. Keterangan penyerta dimarkahi oleh preposisi dengan, bersama,
besertaseperti yang terdapat
dibawah ini.
1. Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.
S
P
Pel Ket. Penyerta
1. Orang itu pindah bersama anak isterinya.
S
P Ket.
penyerta
1. Keterangan
perbandingan
Keterangan
perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna
perbandingan. Keterangan perbandingan dimarkahi oleh preposisi seperti, bagaikan,
laksana, seperti
contoh berikut ini.
1. Dia gelisah seperti cacing kepanasan.
S
P Ket. Perbandingan
1. Suara orang itu keras bagaikan halilintar.
S
P Ket. Perbandingan
1. Keterangan sebab
Keterangan sebab
adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab
dimarkahi oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.
1. Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
S
P Ket. sebab
1. Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S
P
Ket. sebab
1. Keterangan akibat
Keterangan akibat
adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna akibat. Keterangan
akibat dimarkahi oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini.
1. Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya
kepadanya.
S
P
Ket.
Akibat
1. Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah
longsor.
S
P
Ket. Akibat
10. Keterangan syarat
Keterangan syarat
adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan
syarat dimarkahi oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.
1. Saya akan datang jika dia mengundang saya.
S
P
Ket. Syarat
1. Jika para pemimpin Indonesia
jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket.
Syarat
S
P
11. Keterangan pengandaian
Keterangan pengandaian
adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian.
Keterangan pengandaian dimarkahi oleh konjungtor andaikata,
seandainyadan andaikan, seperti contoh berikut ini.
1. Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket.
Pengandaian
S
P
1. Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket.
pengandaian
S
P
O
12. Keterangan atributif
Keterangan atributif
adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari
suatu nomina. Keterangan atibutif dimarkahi oleh konjungtor yang,seperti contoh berikut ini.
1. Mahasiswa yang indeks
prestasinya paling tinggi mendapat
Ket. Atributif (S)
P
beasiswa.
O
1. Guru yang berbaju hijau itu adalah wali kelas saya.
Ket. Atributif
(S)
P
O
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.
2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys.
1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul,
2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS.
2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
Jakarta: Grasindo.